Bermula dari ajakan 31 Days Posting Challenge #AgustusBagus yang diinisasi Narawastu di X, aku tergerak untuk ikut serta. Hanya saja aku memilih menulis di blog karena memang rindu untuk menulis di sini. Selain, karena memang tidak nyaman menulis panjang di X. 280 karakter tidak cukup untuk mendeskripsikan apa yang aku ingin bagikan. Sekali pun bisa membuat utas, aku tak yakin orang-orang akan membaca sampai akhir. Jadi, mari kembali blogging!
31 Day Posting Challenge #AgustusBagus
— nara / botakasu (@narawastu) July 31, 2024
Siapapun boleh ikutan~ gak ada hadiahnya tapi ya~
Di bulan ini kita akan posting tentang taste kita. Apa yang menurut kita bagus, apa yang kita suka. Menurut pengalaman pribadi, taste juga menjadi salah satu faktor penentu untuk ngehire… pic.twitter.com/2ZbODHhbN3
Pembahasan #AgustusBagus-ku yang pertama adalah tentang kampanye kegiatan membaca yang begitu melekat di (hati dan) pikiranku. Totalnya ada lima kampanye. Tiga dari lima kampanye ini dilakukan oleh satu keluarga, yang memang layak disebut keluarga book dragon. Apa saja kampanyenya dan siapa inisiatornya? Simak sampai akhir, ya!
Foto: Kompas.com/Faqihah Muharroroh Itsnaini |
#WeReadItPalestine
#WeReadItPalestine adalah kampanye media sosial yang aku inisiasi sejak Oktober 2023, tidak lama setelah terjadinya serangan besar-besaran oleh Israel kepada warga Palestina di Gaza pada 7 Oktober 2023. Kejadian tersebut menjadi pemantik untuk aku membuat kampanye membaca buku-buku tentang dan/atau ditulis oleh penulis Palestina sebagai bentuk solidaritas.
Membaca adalah bentuk aksi. Dengan membaca, kita turut aktif untuk mengenal dan mengetahui lebih jauh kondisi saudara-saudara kita di Palestina jadi kita tidak akan mudah terprovokasi dengan berita-berita media arus utama yang masih berpihak pada Zionis Israel—entah dengan membelokkan fakta yang ada atau bahkan tidak memberitakan kondisi terbaru di sana. Membaca buku-buku tentang Palestina dan/atau yang ditulis oleh penulis Palestina juga membuat mereka merasa terdengar dan didukung karena buku adalah media lainnya bagi mereka menceritakan kondisi di sana agar mendapat perhatian, bahkan bantuan dari masyarakat dunia. Jadi, melalui apa yang kita baca dari buku-buku tentang Palestina dan/atau yang ditulis oleh penulis Palestina, setidaknya, kita bisa mengedukasi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita atas apa yang sebenarnya terjadi di Palestina dan apa yang dilakukan para Zionis Israel.
Tidak sulit untuk mengikuti kampanye #WeReadItPalestine ini. Kamu hanya perlu mengunggah buku tentang Palestina dan/atau ditulis oleh penulis Palestina di akun Instagram atau X kamu. Boleh dalam bentuk Instagram Feed atau sekadar Instagram Story, boleh juga dalam bentuk single post atau bahkan sebuah utas baca di X. Jangan lupa untuk sertakan tagar (hashtag) #WeReadItPalestine serta tandai (tag) aku @belandjar agar aku bisa repost postingan kamu jadi lebih banyak orang yang melihatnya.
Jadi, buku apa yang akan kamu baca untuk kampanye #WeReadItPalestine?
#PinjamdiPerpus
Kampanye ini diinisiasi oleh Hestia, Duta Baca DKI Jakarta 2023. Ia mengkampanyekan #PinjamdiPerpus karena merasa fasilitas perpustakaan maupun taman baca yang ada belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, ia mengajak kita untuk lebih giat meminjam buku di perpustakaan fisik dan/atau digital yang ada di sekitar kita. Dengan meminjam buku di perpustakaan, kita sudah...
- ikut berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa, setidaknya dengan mencerdaskan diri sendiri;
- menjadi warga negara yang bertanggung jawab dengan berperan aktif menyerap anggaran belanja pemerintah yang bersumber dari pajak agar buku yang diadakan di perpustakaan tidak hanya teronggok di rak sampai berdebu; dan
- mengawal pemerintah untuk lebih serius merealisasikan visi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menjadi kelompok penekan dan membuat permintaan (demand) agar fasilitas dan koleksi buku perpustakaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Lewat tiga peran aktif yang bisa ditimbulkan dari meminjan buku di perpustakaan serta membagikan pengalamannya di media sosial lewat kampanye #PinjamdiPerpus, aku secara pribadi merasa berguna sebagai warga negara. Sebuah kegiatan yang sebenarnya tidak sulit untuk dilakukan dan jika dilakukan bersama bisa berdampak besar, aku merasa kalau diriku bisa lebih besar dari diriku sendiri dan itu terasa menyenangkan.
Untuk ikut berperan aktif memanfaatkan fasilitas negara maupun menekan pemerintah lebih peduli pada literasi, kamu bisa ikut kampanye #PinjamdiPerpus dengan mengunggah buku yang kamu baca di perpustakaan fisik dan/digital di akun media sosialmu, entah Instagram atau X. Lalu, tambahkan tagar #PinjamdiPerpus. Selesai! Mudah, kan?
Jadi, perpustakaan mana yang akan kamu kunjungi untuk pinjam buku-bukunya? Yuk, bagikan di komentar!
#bacadimanasaja
Satu lagi kampanye yang diinisiasi oleh Hestia melalui klub buku yang dikelolanya, Baca Bareng Silent Reading Club bersama Tasha (@whatashareads). Kampanye #bacadimanasaja adalah ajakan untuk membaca di mana saja, kapan saja.
Ajakan yang mudah dan sederhana tapi masih banyak orang belum melakukannya karena satu-dua hal, seperti belum terbiasanya di segala kondisi maupun adanya ketakutan akan dihakimi saat membaca di ruang publik. Ajakan ini, kulihat, bagaikan melempar dua-tiga burung dengan satu batu karena bisa menjadi...
- pemantik untuk menumbuhkan kebiasaan dan budaya membaca bagi masyarakat karena diajak untuk memanfaatkan waktu luang, di mana saja dan kapan saja, untuk membaca;
- sebuah bentuk solidaritas yang menenangkan dan meyakinkan orang-orang yang takut atau tidak percaya diri untuk membaca di ruang publik bahwa mereka tidak sendirian dan tidak melakukan hal yang salah; dan
- solusi untuk mengurangi penggunaan ponsel atau gawai secara berlebihan yang kurang bermanfaat.