Ini Bukanlah Annabelle
Sabtu, Oktober 18, 2014
Kisah di balik sebuah boneka milik seorang perawat yang ternyata diberikan oleh ibunya sebagai hadiah bisa berpindah-pindah dengan sendirinya.
Beberapa tahun sebelumnya, di tempat yang berbeda hiduplah sepasang suami-istri yang sedang dirundung kebahagiaan karena Mia, istri John Form sedang mengandung anak pertama mereka. Begitu bahagianya mereka sampai-sampai sang suami, John memberikan hadiah kepada Mia yang sedang merajuk, sebuah boneka berukuran anak balita. Mia yang memang penyuka dan pengoleksi boneka semacam itu tentu saja senang karena memang boneka itu telah dicarinya sejak lama.
Tepat sehari setelah pemberian boneka itu, terjadi pembunuhan tetangga mereka oleh sepasang anak muda --yang kemungkinannya adalah sepasang kekasih, dari sekte pemuja setan yang juga memasuki rumah John dan Mia. Mia yang sedang hamil tua hampir saja tewas karenanya. Beuntung, polisi datang di saat yang tepat walaupun perut gendut Mia telah tertusuk. Di lain sisi, satu orang lagi, gadis yang ternyata bernama Annabelle Higgins membunuh dirinya sendiri dengan menggorok lehernya dan menuliskan lambang dengan darahnya di dinding kamar calon si jabang bayi John dan Mia. Ia tewas dengan keadaan memeluk boneka pemberian John kepada Mia yang ternyata juga disukainya.
Dan segera setelah peristiwa ini kehidupan Mia berubah menjadi gelap dan penuh dengan ketakutan.
"Do what you think is right. Do what you want" - Romo Perez
Film garapan John R Leonetti yang sudah banyak dibicarakan oleh khalayak bahkan sebelum kemunculannya ini memang berhasil menarik minat para calon penonton yang terbuai dengan rasa penasaran tentang boneka yang merupakan salah satu benda mistis yang terdapat dalam The Conjuring sebelumnya. Namun, sayang tak banyak korelasi yang didapat antara The Conjuring dan film ini selain tentang si boneka. Dilihat dari segi ceritanya pun Annabelle ini kurang menarik dan biasa saja. Namun, kemahiran (komposer) dalam menciptakan suasana mencekam dengan backsound-backsoundnya memang patut diacungi jempol. Ini lah yang membuat ketegangan tanpa henti selama menonton. Juga, angle-angle yang dipakai untuk menampilkan si boneka atau yang lainnya pun cukup baik. Terlebih untuk bagian-bagian dimana si boneka di-zoom in perlahan sampai titik maksimal ketika si boneka menatap kita lekat-lekat yang membuat rupanya tak terlupakan dan melekat dalam kepala.
Lagi-lagi, personifikasi dari si boneka ini pun dirasa masih sangat kurang karena terlihat terlalu kaku dan tak banyak bergerak. Semestinya diberi sedikit aksen kehidupan yang lebih mendetail seperti mengedipkan mata. Jadi, walaupun ia hanya duduk di kursi goyang atau di kursi mobil belakang Romo Perez boneka tersebut akan terlihat nyata kalau di dalamnya ada arwah yang menggerakkannya.
Dan secara keseluruhan, film ini hanya bisa memikat saya dengan 2,5 sampai 3 bintang untuk mengagetkan saya dan teman-teman cukup mengecewakan memang untuk euphoria yang cukup besar untuk menonton film ini.
0 komentar