Envious

Sabtu, Maret 03, 2012

Cast:
Park Rinrin
SJ’s Leeteuk
Kang Sora


Hari ini aku memutuskan untuk pergi menonton konser mereka. Aku pergi ke Olympic Gymnastic Stadium dengan dada mengembang kebahagiaan. Aku sudah berangkat dari sore, dan tentu saja saat tiba di sana sudah sangat ramai.

Banyak sekali fans mereka yang sudah ada disana dan menunggu di tengah udara yang sangat dingin ini. Mereka semua dipenuh dengan senyum kebahagiaan. Tentu saja, mereka akan bertemu dengan idola mereka. Melihat antusiasme mereka, aku hanya tersenyum dan pergi mencari tempat yang nyaman untuk menunggu.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pintu venue dibuka. Para fans dengan sangat tertib berbaris sesuai dengan katagori tiketnya. Aku juga berada di antara mereka, mengantre.

Setelah kami cukup lama mengantre, akhirnya kami semua sudah masuk ke dalam venue. Para fans mulai mengeluarkan lightstick dan balon mereka. Aku juga ikut melakukannya, lightstick yang aku punya tentu saja bertuliskan namanya.

Lampu pun mulai dimatikan, kami menunggu untuk beberapa lama, dan tibalah saat layar menyala menampilkan VTR underwater para member. Fans mereka mulai berteriak saat wajah Donghae muncul, dan wajah para member. Saat wajah Leeteuk muncul aku juga ikut berteriak, sangat semangat. Satu stadium penuh dengan histeria para fans.

VTR selesai, lampu dimatikan dan satu stadium kembali gelap. Kami menunggu lagi, dan beberapa saat kemudian terdengar irama lagu yang sangat kami kenal, dibarengi dengan menyalanya lampu berwarna merah menyala. Kesembilan lelaki yang telah menaklukan jutaan hati para gadis pun muncul. Fans kembali berteriak histeris. Saat Leeteuk menyanyikan bagian rap-nya aku berteriak histeris. Satu stadium benar-benar penuh dengan teriakan para fans.


Sekarang adalah bagian dimana para member memamerkan penampilan solonya. Dimulai dengan penampilan solo dari Henry yang menyanyikan lagu ‘Baby’ bersama juniornya Amber dari f(x). Mereka kelihatan sangat serasi.

Tiba saatnya penampilan solo dari sang leader, setelah penampilan Ryeowook yang membuat suasana stadium makin riuh. Penampilannya kali ini diawali dengan penampilannya memainkan saxofon dengan sangat mengagumkan, aku dibuat terpana olehnya.

Setelah memainkan saxofon, ia lanjut memainkan piano sambil menyanyikan sebuah lagu yang... sangat menyentuh. Kami yang masih terpukau oleh permainan pianonya dikejutkan dengan ‘terbang’-nya sang leader sambil membawa sekeranjang mawar merah. Ia melemparkan mawar-mawar itu kepada para fans yang berada di bawahnya. Para fans berebut untuk mendapatkan mawar itu, dan aku berhasil mendapatkan satu. Tentunya, dengan sebuah jerih payah.

Sampai di ujung panggung akhirnya Leeteuk turun dari kursi yang membawanya terbang tadi. Hanya tertinggal sebatang mawar merah di tangannya. Tiba-tiba ia menghampiri bangku penonton dan menarik salah satunya ke atas panggung, seorang wanita.

Wanita itu terlihat malu-malu saat Leeteuk menariknya ke atas panggung. Aku masih belum sadar siapakah wanita itu, tidak begitu jelas jika dilihat langusng karena jarakku yang cukup jauh dengan mereka. Aku memutuskan untuk menontonnya dari layar. Ternyata, wanita itu adalah… Kang Sora. Sejenak hatiku terasa tertusuk. Kutarik napas untuk menghilangkan rasa sakit itu tapii tak berpengaruh.


Leeteuk yang masih menggenggam sebatang mawar yang tersisa, memberikan mawar itu pada Sora dengan gaya yang sangat romatis, berlutut. Sora hanya menunjukkan wajah malu-malunya. Sontak aku merasa muak.

Lagu yang dinyanyikannya sudah selesai, ia merogoh-rogoh sesuatu dari saku celananya. Terlihat sebuah kotak keluar dari sakunya. Perasaanku makin kacau, aku sudah mengira apa yang ada di dalamnya. Benar saja! Ada sebuah cincin di dalamnya.

Tak kuat melihat apa yang ada di hadapanku, kuputuskan untuk keluar dari stadium. Sekeluarnya dari stadium, terlihat banyak gerombolan fans. Entah apakah mereka dikeluarkan oleh para petugas karena memaksa untuk mengambil gambar atau mereka memang tidak mendapatkan tiket untuk masuk ke dalam. Entahlah, aku tak peduli.

Masih terlalu banyak orang disini, aku membutuhkan tempat yang lebih tenang untuk menenangkan hatiku yang kacau ini. Aku berjalan menjauhi kerumunan para fans, tidak ada tempat yang cukup sepi dan tenang.

Aku memutuskan untuk duduk di tepi jalan yang tidak begitu jauh dari kerumunan fans. Kutekuk kedua kaliku, dan kupeluk. Menahan hatiku yang sudah retak dan hampir remuk ini. Tak sadar aku masih menggenggam mawar yang tadi kudapatkan dengan susah payah berebut dengan para fans. 

Ku tatap mawar itu. Apakah ini memang untukku? Atau aku hanya beruntung mendapatkannya? Belum pernah ia membawakan karangan bunga untukku, apa lagi sekotak cincin

Kepalaku mulai sakit dengan semua pertanyaan yang ada dipikiranku. Kupejamkan mataku, berusaha menghilangkan rasa sakit itu. Sayang tak ada reaksi yang dihasilkan. Aku merasa lelah, tak ada lagi niat untuk kembali ke dalam dan kembali menonton konser mereka, aku terlalu sakit.


~oOo~


Beberapa hari setelah konser itu aku tidak menghubunginya, tidak juga bertemu dengannya. Memang dia terlalu sibuk untuk menghubungi dan bertemu denganku tapi aku juga tidak ada niat untuk melakukan itu semua.

Aku terlalu marah untuk bertemu dengannya. Bagaimana tidak? Aku melihatnya berakting sebagai “suami” dari Kang Sora yang kemarin baru saja melamarnya, di depan mataku, di depan ribuan para fansnya. Sungguh drama cinta yang sangat manis, sampai-sampai aku yang notabene adalah kekasihnya yang sesungguhnya tidak tahu menahu mengenai drama itu. 

Entah mengapa ia tidak memberitahuku terlebih dulu, tidakkah itu sesuatu yang penting? Entahlah, mungkin menurutnya itu tidak penting dan aku akan bisa memakluminya dengan mudah. Jika ia berpikiran seperti itu, sayang sekali ternyata pikirannya itu salah.

Aku tidak bisa menerimanya. Aku yang tidak pernah mendapatkan satu keranjang ataupun sekotak coklat yang diberikan khusus untukku diharapkan bisa memakluminya yang memberikan sekotak cincin untuk “istri”-nya. Sungguh tidak masuk akal!


Aku yang masih kesal karena drama cinta yang manis itu, beberapa hari ini tidak punya niatan untuk pergi keluar rumah untuk melakukan sesuatu yang bisa menyenangkan hatiku. Tidak, aku lebih memilih menghabiskan waktu yang kupunya dengan tidur, main PSP maupun menonton TV. 

Hanya itu yang bisa kulakukan di saat mood-ku sedang tidak karuan seperti ini. Selalu seperti ini. Kerja pun aku tidak, hanya karena mood-ku  yang berantakan. Tak heran aku sering dimarahi oleh bosku karena kelakuanku yang kata mereka terlalu kekanak-kanakan.


Aku yang semalam baru saja tidur sejak jam 1 tengah malam karena menonton film kesayanganku, yang sudah hampir 20 kali ku tonton tanpa merasa bosan, diganggu oleh deringan handphone-ku.

Kulihat jam beker di samping tempat tidurku. Ini baru jam 7 pagi, kenapa harus menggangguku. Kuambil handphone yang berada di sebelah jam beker itu.

‘Emm,” dehamku.

“Apa yang kau lakukan? Sampai jam begini masih tidur?” kata orang di seberang sana. Aku mengenalnya, lelaki bawel menyebalkan yang membuatku seperti ini tapi tidak bersalah atas apa yang ia perbuat.

“Menonton film.” Jawabku singkat malas-malas, tak bergairah menanggapinya.

“Siapa yang menyuruhmu?” tanyanya. Aku tak berniat menjawabnya. Kuabaikan saja. “Cepat bangun pemalas!” katanya memerintahku.

Aku geram dengan perintah, dan tingkahnya yang sangat menyebalkan itu. “Apa yang kau inginkan? Jika tidak ada, sudahlah!” Kataku lalu mutus sambungan telpon dan ku lepas baterai hanphone-ku dan melemparnya ke bawah.

Tak peduli, aku tak ingin diganggu. Aku pun kembali menarik selimut dan tidur lagi.


Belum sampai aku terlelap, terdengar suara bel. “Siapa lagi ini?!” umpatku. 

Kulempar selimutku dan bangun dengan geram. Aku berjalan ke ruang depan dan melihat siapa yang datang. Ternyata yang datang adalah Leeteuk.

Dengan malas kubuka pintu dan aku kembali ke kamar untuk melanjutkan tidurku yang telah diganggu olehnya. Belum sempat aku tidur kembali ia telah mengoceh mengeluarkan jurus seribu katanya.

Aku yang sudah biasa dengan kelakuannya itu, kembali menarik selimutku dan mencoba untuk tidur. Namun sayang, dia menarik selimutku dan membangunkanku dengan paksa. Aku pun sontak memberontak.

“Apa yang kau lakukan Park Junsu? Aku butuh tidur. Jangan ganggu aku!” teriakku sambil melepaskan tanganku yang dicengkramkannya dengan keras, sampai-sampai tanganku terasa sakit.

“Apa?! Kau yang apa? Ada apa denganmu?” balasnya berteriak.

Aku yang tak terima dia berteriak padaku, aku menyuruhnya keluar dari kamarku dan pergi. “Park Junsu, kau telah mengganggu tidurku, dan sekarang kau berteriak padaku. Aku tidak terima perlakuanmu. Jadi, sekarang kau pergi dari sini! Aku butuh istirahat.” Kataku padanya dan berniat kembali ke tempat tidurku.

Namun, ia menarik tanganku dan langsung memelukku. “Maafkan aku, aku tidak bermaksud begitu. Aku tidak bermaksud berteriak padamu. Maafkan aku.” Ia memohon.

Aku hanya diam dalam pelukannya. Tidak melakukan tindakan perlawanan. Tidak pula menjawab kata-katanya, hanya diam. Benar-benar diam.

“Maafkan aku, aku tak sepantasnya aku bertindak seperti itu. Tapi tolong jelaskan padaku, ada apa denganmu?” ia merenggangkan pelukannya dan menatap mataku lekat-lekat.

Kupalingkan wajahku. Ia meletakkan tangannya di wajahku dan memaksaku untuk menatapnya.

“Aku tahu ada yang salah denganmu. Katakan padaku.” Pintanya.

Kulepaskan tangannya dan aku tetap bersih keras untuk kembali tidur, bukan karena aku masih mengantuk, rasa kantukku sudah sirna sejak tadi. Namun, aku terlalu malas untuk mengatakan semuanya.

“Aku lelah.” Lirihku dan kembali ke tempat tidurku, berpura-pura tidur dengan posisi memunggunginya. 

‘Aku pengecut! Pengecut!’ hardikku pada diri sendiri, menyadari betapa pengecutnya aku. Padahal aku sangat ingin mendapatkan perlakuan yang lebih atau setidaknya sama dengan apa yang ia lakukan pada Sora. Tapi aku terlalu pengecut untuk mengatakannya.

Mungkin ia sudah menyerah, entah lah. Tapi ia mengatakan sesuatu yang tak terlalu kutangkap karena ia mengatakannya dengan suara yang sangat kecil, seperti mendesis. 

“Maafkan aku sekali lagi, aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kau seperti ini karena aku. Kuharap kau bisa memberitahuku nanti. Jika perasaanmu sudah lebih baik, tolong hubungi aku. Aku akan menunggunya.” Katanya lalu diam tak mengatakan yang lain. Hanya terdengar suara langkah kaki yang menjauhi kamarku.


~oOo~


Sudah beberapa hari ini aku tidak bekerja, dan hari-hariku makin terasa membosankan karena tidak ada yang bisa aku lakukan. Semua koleksi DVD-ku sudah habis kutonton. Begitu juga dengan game PSP-ku. Tidur? Aku sudah hampir 18 jam setiap harinya! Akhirnya, kuputuskan untuk pergi kerja malam ini.


Tidak ada yang bisa kumakan di rumah. Aku memang tidak ada niatan untuk memasak sesuatu. Jadi, kuputuskan saja untuk pergi kerja lebih awal. Aku kan makan malam di restoran milik Ibu Yesung.

Annyeong haseyo, Eomoni.” Kataku menyapanya.

“Ah~ Rinrin-a annyeong haseyo. Sudah beberapa hari ini aku tidak melihatmu. Apa kau baik-baik saja?” Tanya Ibu Yesung.

“Emm, aku sedikit tidak baik beberapa hari terakhir ini.” Jawabku. “Ah, mana Jongjin, omoni?” kataku mengalihkan pembicaraan.

Ibu Yesung melihat sekeliling, aku mengikuti arah pandangnya. “Entahlah, mungkin ke suatu tempat?” Katanya. “Lalu, kau ingin pesan apa malam ini?” menanyakan apa yang ingin kumakan malam ini.

“Apa ya?” aku berdeham. “Apapun yang bisa membuatku lebih baik.” jawabku sambil tersenyum pada eomoni. Aku memanggilnya eomoni karena aku sudah menganggapnya sebagai ibuku.

“Oke, baiklah. Aku akan mengantarkannya ke mejamu. Tunggulah!”


Aku pun mencari meja yang kosong,. Aku menemukan satu meja di pojok dan langsung duduk di sana, menunggu pesananku datang.

Tak berapa lama Jongjin datang dengan membawa nampan yang penuh dengan makanan dan minuman untukku. Aku menoleh padanya dan ia pun tersenyum.

“Ini, Nuna.” Katanya sambil meletakkan burger, steak, dan segelas cappuccino padaku.

Aku mengambil gelas cappuccino dan menyeruputnya sedikit. “Gomawo.” Kataku yang mulai memakan burgerku.

“Lama tak melihatmu, Nuna.” Katanya sambil duduk di kursi di depanku.

“Eh, iyaa. Sudah lama sepertinya. Darimana saja kau? Tadi aku tidak melihatmu.” Kataku sambil memakan burgerku.

“Sepertinya kau sibuk, sampai-sampai aku jarang melihatmu.” Katanya menebak-nebak. “Oh, itu tadi aku pergi ke luar sebentar.”

“Sibuk? Tidak, aku tidak pernah sibuk Jongjin-a. Oh~ begitu.”


Kami pun terus mengobrol. Ia tidak terlalu banyak bicara, tidak seperti kakaknya. Ia menemaniku selama aku makan, membicarakan hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini. Kami sudah bicara cukup lama, dan akhirnya makanku pun selesai.

Kuputuskan untuk pergi meninggalkan H&G. Sebelumnya aku berpamitan pada eomoni dan berterima kasih pada Jongjin yang sudah menemaniku tadi. Setidaknya mereka membuat perasaanku lebih baik sekarang.


Aku pun pergi ke gedung KBS dan langsung menuju ke ruang siaran. Aku menyapa para rekan yang ada disana. 

Annyeong haseyo yeorobun. Rinrin is back!” sapaku pada semua orang yang ada di ruangan.

Mereka menatapku, mulai menyerbuku dengan berbagai pertanyaan. 
“Apa yang kau lakukan?”
“Kenapa tidak kerja?”
“Apakah kau baik-baik saja?”
Semuanya bertanya seperti itu padaku.


Setelah selesai siaran, kami membereskan ruangan siaran. “Akhirnya kau kembali, Nuna. Kami merindukanmu.” Katanya sambil mulai merapihkan skrip siaran tadi.

Aku membantunya. “Aku juga merindukanmu ryewook-a. Hari ini kau bekerja dengan sangat baik.” kataku memujinya.

“Apakah kau baik-baik saja?” Tanya Sungmin ikut dalam pembicaraan kami.

“Emm, akhir-akhir ini aku tidak begitu baik. Bagaimana dengan kalian? Apa ada yang terjadi saat aku tidak bekerja?” tanyaku ingin tahu pada mereka.

“Ah~ kami baik-baik saja, Nuna.” Jawab Sungmin.

“Namun saat kau tidak kerja kami kesepian sekali.” Sambung Ryeowook.


Kami pun selesai merapikan ruang siaran dan memutuskan untuk pulang. Saat aku keluar dari ruang siaran dan asik mengobrol dengan Ryeowook dan Sungmin. Tiba-tiba datang Leeteuk dihadapan kami.

“Ah, Hyung. Pasti ingin menjemput Rinrin Nuna.” Seru Ryeowook.

“Kalau begitu kami duluan yaa.” Lanjut Sungmin. Mereka pun meninggalkan kami berdua di sana.


Aku hanya diam tak menghiraukannya, memilih untuk pulang. Ia menahanku. “Aku tahu semuanya sekarang.” Katanya. “Jangan menghindar terus.” Perintahnya.

Aku terdiam di tempatku, berbalik menghadapnya. “Apa yang kau ketahui?” tanyaku dingin.

“Ikut aku, dan aku akan menjelaskannya.” Ia pun menarikku untuk mengikutinya.

Aku duduk di kursi sebelahnya tanpa banyak bicara. Aku menang tak berselera bicara dengannya. Entah ingin dibawa kemana diriku ini. Aku tak peduli.


Akhirnya ia memberhentikan mobilnya di suatu tempat, sepertinya aku mengenalinya. Olympic Stadium.

“Apa yang ingin kau lakukan?” tanyaku heran melihat berada dimana kami sekarang.


Tanpa banyak bicara ia langsung menarikku untuk masuk ke dalam stadium. Tak ada cahaya satu pun di dalam sana. Aku makin bingung dibuatnya.

“Park Junsu, jangan bercanda! Apa yang akan kau lakukan?” tanyaku mulai cemas. Ia tidak menjawab apapun.


Tapi tak lama kemudian menyala sebuah lampu yang menyoroti seorang laki-laki di tengah stadium dan mulai ngerap. Eunhyuk.

Love Oh Baby My Girl
You're my everything, your beauty blinds me

Aku mengenal lagu ini, aku benar-benar mengenal lagu ini. Aku merasakan sesuatu di dadaku, sesak. Bukan karena sedih. Bukan. Ini terlalu membahagiakan. Aku terpaku di tempatku. Diam.

My bride, my present from the heavens above
Are you happy? There's tears flowing from your eyes

Until the day your black hair turns grey
I promise to love you forever

Belum hilang kekagetanku. Terdengar lagi nyanyian dengan suara yang lebih keras. Lebih banyak yang menyanyi. Sangat banyak, suara mereka menggema satu stadium.

Seketika stadium berubah menjadi terang. Aku tahu mereka, aku tahu! Mereka… para fans Super Junior. Mereka melakukan ini? Aku tidak percaya.

I want to tell you every single day that "I love you"
Would you marry me? I want to live loving you and cherishing you

Suara yang sangat kukenal, belum lama aku mendengar suara ini. Sungmin dan Ryeowook datang dari arah pintu masu dengan senyum yang menawan di wajah mereka. Mereka melewatiku yang masih tak percaya apa yang terjadi saat ini.

I want to put you to sleep in my arms every night
Would you marry me?
Will you give my heart this permission?

I'll stay next to you for the rest of my life (I do)
I love you (I do)

Through rain and snow I'll cherish you (I do)
I'll take care of you (My love)

You in a white dress, me in a tuxedo
We walk step in step underneath the moon

I swear, I hate lies, I hate distrust
My princess, my love, stay with me

Semua ini membuatku tak percaya, satu per satu member keluar dari tempat persembunyiannya dan mereka menyanyi untukku. Para fans makin semangat bernyanyi, satu stadium kini benar-benar menyanyi untukku. Aku sangat terharu.

Even though we'll age, I want to live each day smiling

Siwon berjalan menghampiri member yang lain.

Would you marry me? Will you be my everything?

Leeteuk menggenggam tangganku dan menarikku ke tengah stadium. Bernyanyi sambil menatap wajahku lekat-lekat. Para fans bernyanyi semakin semangat. Aku makin terharu dibuat mereka.

Through hardships and troubles (I do)
I'll always be there (I do)

All the many days we'll spend together (I do)
I'm going to be thankful each and every day (My Love)

I prepared this for you since long ago
Please take this shiny ring in my hand

I'll remember this promise we shared with the same heart
Would you marry me?

I'll stay next to you for the rest of my life (I do)
I love you (I do)

Through rain and snow I'll cherish you (I do)
I'll take care of you (My love)

Through hardships and troubles (I do)
I'll always be there (I do)

All the many days we'll spend together (I do)

All I have to give you is my love
That's all I've got to offer

I know I lack many things but not my love
I'll look out and take care of you

Will you promise me just one thing?
No matter what happens
We'll always love each other... That's all

Will you marry me?
I do

Nyanyian ini berakhir. Aku tak bisa lagi menahan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk mataku. Mereka jatuh membasahi pipiku.

Leeteuk yang melihat aku menangis langusng menyentuh pipiku dan menyingkirkannya. Ia menggenggam tanganku.

“Would you marry me?”

Tubuhku yang sedari tadi memang sudah lemas karena hadiah yang sangat menyentuh ini, tak bisa lagi mengatakan apapun. Aku tidak mampun mengeluarkan sepatah katapun. Hanya kuanggukkan kepalaku sebagai jawaban dariku.

Ia yang melihat reaksiku langsung tersenyum bahagia. Ia berlutut dihadapanku dan mengeluarkan sebuah cincin dari saku jasnya. Sebuah kotak hitam kecil yang elegan, ia pun membukanya. Dikeluarkannya sebuah cincin yang sangat cantik, cincin berwarna silver terbuat dari emas putih murni dengan sebuah batu permata berwarna biru safir di atasnya.

Ia menatapku dengan tatapan sangat bahagia, belum pernah aku melihat tatapannya yang seperti ini. Dipasangkan olehnya cincin itu dan diciumnya tanganku.

Aku sangat terharu, tangisku semakin menjadi. Disentuhnya pipiku dan dihapusnya air mataku. Ia memelukku, tangisku makin menjadi.

Tiba-tiba saja stadium gelap kembali. Lalu, muncul lah satu cahaya berwarna putih dari deretan kursi penonton di belakangku. Makin lama makin banyak cahaya itu, terbentuk sebuah kalimat di sana.

Saranghaeyo, Park Rinrin’ teriak para fans saat kalimat benar-benar sudah muncul.

Aku makin terharu, tangisku semakin menjadi. Leeteuk kembali memelukku, lebih erat dari sebelumnya.

Saranghaeyo, Park Rinrin-a” ucapnya.

Nado.” Jawabku lirih.

Ia merenggangkan pelukkannya dan menatapku dalam gelap. Makin lama, wajahnya makin dekat. Kini, hanya tinggal beberapa centi lagi. Ku pejamkan mataku. Kurasakan sesuatau menyentuh bibirku, hangat. Ia menciumku. Dengan lembut dilumatnya bibirku ini, aku tak melawan, hanya membalasnya sedikit. Kurasakan ia melepaskan bibirku, ku buka mataku. Ia menatapku lagi.

Seketika itu juga stadium kembali terang dan semua fans berteriak histeris. Aku sangat senang hari ini. Para member mengerubungi kami dan mengucapkan selamat padaku.

Leeteuk masih berada di sampingku dengan tangan yang masih melingkar di pinggangku. Pertunjukkan ini selesai, aku dan Leeteuk pun mengucapakan terima kasih kepada para fans yang telah datang dan melakukan ini semua, aku benar-benar berterima kasih. Kami akan melanjutkannya dengan sebuah pesta. Para member lebih dulu pergi, aku dan Leeteuk akan menyusul.

“Bagaimana bisa kau mengumpulkan mereka?” tanyaku padanya saat kami berjalan menuju mobil.

“Emm.” Ia hanya berdeham. “Ku pikir itu yang dinamakan kekuatan fans.” Jawabnya sambil tertawa.

You Might Also Like

0 komentar