Ketika RSBI Dihapuskan

Jumat, Januari 11, 2013

Beberapa hari yang lalu, saya bersama teman sekelas yang juga merupakan sekretaris pergi mencari guru fisika kami untuk menandatangani buku harian kelas kami. Saat kita mencari beliau, ternyata beliau sedang berada di ruang TU. Cukup lama kami menunggu, akhirnya beliau pun keluar dari ruang TU sambil membawa sebuah koran tanpa ditanya beliau langsung memberi info pada kami, "Sekarang RSBI sudah tidak ada!" dan setelah itu otomatis beliau menjelaskan alasannya dan kami mendengarkan dengan seksama. "RSBI tidak menjamin prestasi siswanya ditambah lagi biaya yang mahal." Angin segar untuk para orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah RSBI.

Melegakan memang untuk teman-teman yang bersekolah di sekolah RSBI yang memang dengan biaya melambung tinggi. Tapi, bukan itu yang saya rasakan. Pertama kali mendengar berita itu yang terlintas adalah kami tidak akan mendapatkan beasiswa RSBI untuk siswa berprestasi, padahal beasiswa tersebut baru diadakan tahun ini. Yah, memang saya belum mendapatkan beasiswanya tapi tetap saja ini cukup mengecewakan. "Tenang saja, masih banyak beasiswa yang lain. Tidak perlu khawatir." Guru fisika saya menenangkan. Masih banyak jalan menuju Roma.
Bukan hanya itu. Saya yang sangat senang menyebut sekolah kami sebagai sekolah RSBI yang satu-satu gratis di Indonesia tidak bisa lagi berbangga. Doktrin yang ditanamkan para guru yang selalu membangga-banggakan sekolah kami sebagai satu-satu RSBI yang gratis seluruh Indonesia sudah merasuki diri saya. Meskipun teman selalu bertanya, "Bukankah ada sekolah lain yang juga RSBI dan gratis?" saya tetap bangga dengan itu. Miris, kebanggaan itu hilang sekarang.

Pada saat bertanya dengan guru kimia saya bertanya apa pendapat beliau mengenai penghapusan RSBI ini dan beliau hanya menjawab dengan santai, "Bapak sih setuju saja." Memang, bagi sekolah kami yang gratis ini efek dari penghapusan RSBI tidak begitu terasa.

You Might Also Like

0 komentar