Bukan sekadar hadir Melainkan ada di titik nadir Berdesir Tersimpir Tak sekadar mampir Hanya hampir Tak benar-benar melipir Bukan sekadar hadir Melainkan ada di titik nadir Berdesir Tersimpir Tak sekadar mampir Hanya hampir Tak benar-benar melipir ...
Hanya lalu lalang Bukan benar-benar datang Saat petang, ia menghilang Bagai matahari kehilangan terang Ia hanya enggan Melenggang dengan elegan Karenanya ia melawan Tak dapat lagi ditahan ...
In
Puisi,
Fana Algoritma
Dipertemukan oleh algoritma Saling bertukar sapa Seakan semua adalah nyata Sayangnya, Semua itu hanya sementara Gombalan hasil kejenuhan Kegembiran atas datangnya harapan Berakhir bahkan sebelum dipertemukan ...
In
Puisi,
Rengkuh Peluk
Bertandang ke rumah baru Terdapat mimpi bernama Ibu Di dalamnya tak tersedia bahu Melainkan dalam peluk aku direngkuh Tempat kembali saat sendiri Sumber kekuatan untuk tetap berdiri Tempat sembuhkan perih Alasan tuk lupakan sedih ...
Di bawah purnama tengah pagi buta Satu nama masih mengisi relung jiwa Untuk dia yang pertama Lekat dalam kenangan semata Hitam putih nampak terlihat terlihat Tanpa warna yang berkilat Tak ada adegan bersilat Hanya dua mata yang menatap lekat Berbagi hangat dalam dekap Tak ke mana ia tetap Tak percaya dalam harap Ragu terus berderap bertahap menguap ...
Ia terus meronta Semakin hari semakin tersiksa Rindu membuncah ingin bertemu Sang Pencipta Sesak terasa karena arus dunia Padahal semua hanya sementara Tapi ia tak berdaya Seakan buta Semua sibuk dengan harta Padahal semua fana Bagai fatamorgana di Gurun Sahara Terus merasa dahaga Tak sadar maut berada di depan mata ...
Mengawali tahun ini dengan sebuah race yang harus gue ikhlaskan karena ketidakmampuan gue untuk melarikan dia. Kaki gue masih dalam kondisi sakit dan nggak mendukung untuk lari. Sakit yang sudah ada setelah Indonesia Night Run 2019 yang sampai detik ini belum hilang sama sekali. Sejak akhir tahun lalu sampai detik ini gue masih khawatir soal kondisi kaki ini. Sekarang pun masih dalam usaha...
Baru punya kesempatan dan waktu untuk menonton Habibie & Ainun 3 di malam tahun baru sebagai menu movie marathon. Entah apa alasan menonton film ini. Agak buram sebenarnya. Apakah ingin melihat Reza Rahardian lagi atau karena ini bereuforia untuk bertemu dengan Eyang Habibie. Jujur saja, gue tidak begitu antusias ketika melihat trailer-nya di Youtube. Entah mengapa merasa tidak nyaman dengan wajah Reza yang...