Setelah hampir semalaman di depan komputer lokal ini yang padahal dari awal hanya berniat buat buka internet dan segala temannya sebentar saja tapi akhirnya malah begini dan mengabaikan niat utama untuk posting di blog tercinta ini.
Mirisnya menjadi diri gue ini yang tidak sedikit orang yang ga percaya kalo hampir setahunan ini gue jadi anggota salah satu kelab taekwondo. Walaupun gue kemaren ikut KEJURDA Kabupaten masih banyak yang kasih respon semacam ini; "Hah, ikut taekwondo? Masa? Ga nyangka lho! Ga keliatan dari mukanya." Dan sejujurnya gue merasa dilecehkan aja gitu dengan respon mereka errr.
Dari tanggal 26-28 kemarin, gue dan temen-temen dapet dispensasi berhubung ikut KEJURDA. Setelah melewati segelintir perjuangan dan tekanan batin, akhirnya gue turun tanding pas hari Rabu tanggal 27. Rela ga makan dua hari pas penimbangan demi ga menambahnya lemak-lemak jahat di perut. Lolos penimbangan dan besoknya gue mesti turun tanding. Semalaman tersisa yang gue lakuin cuma sms-in semua orang yang gue kenal dan berpotensi bener-bener doain gue biar gue menang. Awalnya gue hampir semacam frustrated gitu, tapi pas malem itu sangat amat bernafsu buat bawa balik emas ke rumah.
Besoknya, bangun pagi-pagi dengan jantung yang berdetak tidak normal. Tegang. Setelah siap dengan segala perabotan yang mesti dibawa, gue pun menunggu Saripong dengan kesal karena ga dateng-dateng. Sepanjang jalan shalawatan demi bawa pulang emas. Sampe auditorium, ternyata masih sepi dan itu menyebalkan. Ga berapa lama si pemegang kunci pun datang, dan akhirnya gue dan yang lainnya pemanasan.
Pertandingan hari itu pun dimulai dan gue beneran tegang sejujurnya. Ini pertama kalinya gue turun tanding di depan umum dan bukan cuma latihan. Berharap yang terbaik.
Awalnya gue berpikir gue itu partai ke-2 jadi rada ngabut gitu. Tapi, ternyata entah partai ke berapa gue turun, setelah Tepong. Dan... inilah saatnya. Seriusan itu gue tegang abis. Sudah berdoa sekuat tenaga biar menang. Lawan gue anak SMP dari kampung entah berantah yang baru aja jatoh dari motor. Tapi sangat amat disayangkan, kaki gue ga ngangkat sama sekali. Bisa nendang body aja sukur banget itu. Segala macam dae-eol yang notabene gue cukup baik dengan itu ga keluar sama sekali. Sedikit sekali hasil latihan yang kepake pas tanding. Ini baru rasanya tanding!
Mirisnya menjadi diri gue ini yang tidak sedikit orang yang ga percaya kalo hampir setahunan ini gue jadi anggota salah satu kelab taekwondo. Walaupun gue kemaren ikut KEJURDA Kabupaten masih banyak yang kasih respon semacam ini; "Hah, ikut taekwondo? Masa? Ga nyangka lho! Ga keliatan dari mukanya." Dan sejujurnya gue merasa dilecehkan aja gitu dengan respon mereka errr.
Dari tanggal 26-28 kemarin, gue dan temen-temen dapet dispensasi berhubung ikut KEJURDA. Setelah melewati segelintir perjuangan dan tekanan batin, akhirnya gue turun tanding pas hari Rabu tanggal 27. Rela ga makan dua hari pas penimbangan demi ga menambahnya lemak-lemak jahat di perut. Lolos penimbangan dan besoknya gue mesti turun tanding. Semalaman tersisa yang gue lakuin cuma sms-in semua orang yang gue kenal dan berpotensi bener-bener doain gue biar gue menang. Awalnya gue hampir semacam frustrated gitu, tapi pas malem itu sangat amat bernafsu buat bawa balik emas ke rumah.
Besoknya, bangun pagi-pagi dengan jantung yang berdetak tidak normal. Tegang. Setelah siap dengan segala perabotan yang mesti dibawa, gue pun menunggu Saripong dengan kesal karena ga dateng-dateng. Sepanjang jalan shalawatan demi bawa pulang emas. Sampe auditorium, ternyata masih sepi dan itu menyebalkan. Ga berapa lama si pemegang kunci pun datang, dan akhirnya gue dan yang lainnya pemanasan.
Pertandingan hari itu pun dimulai dan gue beneran tegang sejujurnya. Ini pertama kalinya gue turun tanding di depan umum dan bukan cuma latihan. Berharap yang terbaik.
Awalnya gue berpikir gue itu partai ke-2 jadi rada ngabut gitu. Tapi, ternyata entah partai ke berapa gue turun, setelah Tepong. Dan... inilah saatnya. Seriusan itu gue tegang abis. Sudah berdoa sekuat tenaga biar menang. Lawan gue anak SMP dari kampung entah berantah yang baru aja jatoh dari motor. Tapi sangat amat disayangkan, kaki gue ga ngangkat sama sekali. Bisa nendang body aja sukur banget itu. Segala macam dae-eol yang notabene gue cukup baik dengan itu ga keluar sama sekali. Sedikit sekali hasil latihan yang kepake pas tanding. Ini baru rasanya tanding!
Nae sunbae yang bertindak jadi official mulai beroceh dengan segala instruksinya yang harus gue lakukan dan dengan lemahnya gue cuma bilang, "Ga bisa, ga keluar, ga ngangkat kakinya!~" Dan seketika itu juga mukanya berubah menjadi frustasi sama dengan gue.
Ga bisa ngelawan as usual, gue cuma jadi samsak idup di sana dan sumpah demi gue kesel banget itu ah! Kepala gue kena terus dan itu berasa banget pasir-pasirnya. Eat food! Tapi, dengan (terpaksa) semangat sunbae nyemangatin gue, "Ayo Zakia, 15-3. Kamu menang!" Herrr. Otak gue merespon dengan cepatnya, "Mana mungkin gue menang? Orang kepala gue kena terus. Tapi, setidaknya itu usaha yang bagus bikin gue seneng." Perlu diketahui point 3 yang gue dapet itu dengan penuh usaha dan kekuatan di tengah kaki gue yang udah mulai lemes dan akhirnya berhasil mengangkat kaki sampai ke kepala si lawan walaupun no power. Tapi, at least kena kepalanya.
Peluit pun berbunyi dan pertandingan pun selesai dengan skor masih 15-3, yang di mana di papan tulis ditulis 15 untuk gue. Tapi, kenyataannya gue kalah telak /sobs/ dengan satu kali kyeong-go. Seketika itu juga gue lepas segala macam pelindung dan tanpa sepatah kata pun gue pergi ke ruangan yang biasa dijadiin tempat kami latihan dan menangis tersedu-sedu. Gimana engga? Lo bayangin aja misalnya temen-temen lo menang dapet emas dan mereka amat sangat senang dengan kemenangan mereka. Dan gue tertinggal, dengan kesedihan dan kekalahan tanpa medali setelah meminta doa kepada banyak orang. Betapa malunya diri gue ini!
Ga bisa ngelawan as usual, gue cuma jadi samsak idup di sana dan sumpah demi gue kesel banget itu ah! Kepala gue kena terus dan itu berasa banget pasir-pasirnya. Eat food! Tapi, dengan (terpaksa) semangat sunbae nyemangatin gue, "Ayo Zakia, 15-3. Kamu menang!" Herrr. Otak gue merespon dengan cepatnya, "Mana mungkin gue menang? Orang kepala gue kena terus. Tapi, setidaknya itu usaha yang bagus bikin gue seneng." Perlu diketahui point 3 yang gue dapet itu dengan penuh usaha dan kekuatan di tengah kaki gue yang udah mulai lemes dan akhirnya berhasil mengangkat kaki sampai ke kepala si lawan walaupun no power. Tapi, at least kena kepalanya.
Peluit pun berbunyi dan pertandingan pun selesai dengan skor masih 15-3, yang di mana di papan tulis ditulis 15 untuk gue. Tapi, kenyataannya gue kalah telak /sobs/ dengan satu kali kyeong-go. Seketika itu juga gue lepas segala macam pelindung dan tanpa sepatah kata pun gue pergi ke ruangan yang biasa dijadiin tempat kami latihan dan menangis tersedu-sedu. Gimana engga? Lo bayangin aja misalnya temen-temen lo menang dapet emas dan mereka amat sangat senang dengan kemenangan mereka. Dan gue tertinggal, dengan kesedihan dan kekalahan tanpa medali setelah meminta doa kepada banyak orang. Betapa malunya diri gue ini!
Menyendiri, menangis sesungukan, tidak minta perhatian sama sekali, hanya meratapi nasib dan menyalahi kebodohan diri sendiri. Tapi, tiba-tiba satu persatu manusia datang memberikan sesuntik semangat untuk saya yang kalah. Dengan wajah tertutup jaket -menutupi kejelekan diri saat menangis, mulai dari Saripong, Tepong, sampai sabeum gue dikasih semangat untuk bangkit (helah bahasanya) dan mereka juga berusaha untuk melihat wajah jelek gue yang sedang menangis.
Cukup sudah derai air mata menyebalkan itu, akhirnya gue keluar dengan sangat amat malu. Segera setelah membenahi diri. Memberi semangat kepada teman-teman lain yang masih belum tanding dan mengeluarkan power of fangirl yang gue punya -scream LOL.
Tepong membalaskan dendam gue dengan menang knock out melawan lawan gue tadi yang dengan seenaknya menerajang kepala gue dan dibalas dengan begitu apik oleh Tepong dengan deo-lio kepala yang bikin matanya bengkak LOL. Maju ke final, Tepong menang KO lagi dan fixed bawa pulang emas :]
Citong yang paling dramatis. Dia bye, tapi pas turun pertama gue ga liat berhubung sedang asik nangis. Pas final dia di-dzolimi dengan segala macam jenis 'suntikan' yang dia dapet dari lawan curangnya itu sampe bikin dia dengan susah payah harus bangkit. Tapi, dengan sedikit semangat dari adorable scream yang gue punya dia menang tipis, 3-2. Seneng, campur sedih, gue nangis lagi hurrr. Kami semua ngurusin dia yang cedera dimana-mana akibat kecurangan lawan sombong menyebalkan itu. Tapi, ga lama dia sudah cukup pulih untuk setidaknya berdiri, tiba-tiba ada panggilan dan ternyata apa?! Tambah satu ronde lagi! Dengan berat Citong turun lagi, tapi sayang dia kembali 'disuntik' dan akhirnya terjadi perkelahian sana-sini yang bikin gue nangis (lagi dan lagi). Ronde tambahan muncul karena salah satu juri yang adalah pelatih dari lawan Citong yang ga terima sama kekalahan anaknya. Fiuh!
In the end, itu ronde tambahan ga berlanjut akibat ricuh dan langsung pembagian medali.
Gue yang sibuk ngurusin Citong yang cedera cuma pelangak-pelongok pas dipanggil. Gue pikir apalah. Tiga kali dipanggil gue baru keluar ruangan dan dengan sangat sok polosnya malah berjalan ke arah kerumunan temen-temen, tapi si panitia malah nunjuk-nunjuk buat gue baris bersama yang lain buat dikasih medali. Gue cuma heran, ga percaya. Sepanjang jalan menuju barisan orang-orang yang dapet medali gue cuma ngoceh sendiri, "Hah?! Dapet medali?" Siapa yang ga heran? Cuma sekali turun, kalah telak, satu kali kena kepala yang lainnya tidak dihitung. Menjadi manusia mengenaskan setelah nangis akibat kekalahan.
Bagian depan medali
Bagian belakang medali
Setelah dapet medali, ada sesi pemotretan seperti biasa dan gue cuma kasih senyuman terindah aja, walaupun mata sembap akibat nangis seharian. Dan eyyy, I got additional pics la!~ 비빌 sunbae foto gue lebih banyak dibanding yang lain dongse XD Balik ke ruangan Citong terkapar, gue nangis lagi akibat betapa gue ga percaya gue bisa bawa pulang medali walaupun bukan emas. Kata pribahasa mah, tak ada batang akar pun jadi, tak ada emas perunggu pun ga papa LOL.
Ini foto di sekolah.
Bukan pembagian medali
So, dari sini gue mulai tersuntik lagi untuk jadi lebih semangat latihan biar bisa bawa pulang emas lain kali dan sangat amat berterima kasih kepada Allah SWT yang selalu denger doa gue kapan pun, dimana pun, dan apa pun. Kekuatan doa emang ga ada yang ngalahin o:]
Cukup sudah derai air mata menyebalkan itu, akhirnya gue keluar dengan sangat amat malu. Segera setelah membenahi diri. Memberi semangat kepada teman-teman lain yang masih belum tanding dan mengeluarkan power of fangirl yang gue punya -scream LOL.
Tepong membalaskan dendam gue dengan menang knock out melawan lawan gue tadi yang dengan seenaknya menerajang kepala gue dan dibalas dengan begitu apik oleh Tepong dengan deo-lio kepala yang bikin matanya bengkak LOL. Maju ke final, Tepong menang KO lagi dan fixed bawa pulang emas :]
Citong yang paling dramatis. Dia bye, tapi pas turun pertama gue ga liat berhubung sedang asik nangis. Pas final dia di-dzolimi dengan segala macam jenis 'suntikan' yang dia dapet dari lawan curangnya itu sampe bikin dia dengan susah payah harus bangkit. Tapi, dengan sedikit semangat dari adorable scream yang gue punya dia menang tipis, 3-2. Seneng, campur sedih, gue nangis lagi hurrr. Kami semua ngurusin dia yang cedera dimana-mana akibat kecurangan lawan sombong menyebalkan itu. Tapi, ga lama dia sudah cukup pulih untuk setidaknya berdiri, tiba-tiba ada panggilan dan ternyata apa?! Tambah satu ronde lagi! Dengan berat Citong turun lagi, tapi sayang dia kembali 'disuntik' dan akhirnya terjadi perkelahian sana-sini yang bikin gue nangis (lagi dan lagi). Ronde tambahan muncul karena salah satu juri yang adalah pelatih dari lawan Citong yang ga terima sama kekalahan anaknya. Fiuh!
In the end, itu ronde tambahan ga berlanjut akibat ricuh dan langsung pembagian medali.
Gue yang sibuk ngurusin Citong yang cedera cuma pelangak-pelongok pas dipanggil. Gue pikir apalah. Tiga kali dipanggil gue baru keluar ruangan dan dengan sangat sok polosnya malah berjalan ke arah kerumunan temen-temen, tapi si panitia malah nunjuk-nunjuk buat gue baris bersama yang lain buat dikasih medali. Gue cuma heran, ga percaya. Sepanjang jalan menuju barisan orang-orang yang dapet medali gue cuma ngoceh sendiri, "Hah?! Dapet medali?" Siapa yang ga heran? Cuma sekali turun, kalah telak, satu kali kena kepala yang lainnya tidak dihitung. Menjadi manusia mengenaskan setelah nangis akibat kekalahan.
Bagian depan medali
Bagian belakang medali
Setelah dapet medali, ada sesi pemotretan seperti biasa dan gue cuma kasih senyuman terindah aja, walaupun mata sembap akibat nangis seharian. Dan eyyy, I got additional pics la!~ 비빌 sunbae foto gue lebih banyak dibanding yang lain dongse XD Balik ke ruangan Citong terkapar, gue nangis lagi akibat betapa gue ga percaya gue bisa bawa pulang medali walaupun bukan emas. Kata pribahasa mah, tak ada batang akar pun jadi, tak ada emas perunggu pun ga papa LOL.
Ini foto di sekolah.
Bukan pembagian medali
So, dari sini gue mulai tersuntik lagi untuk jadi lebih semangat latihan biar bisa bawa pulang emas lain kali dan sangat amat berterima kasih kepada Allah SWT yang selalu denger doa gue kapan pun, dimana pun, dan apa pun. Kekuatan doa emang ga ada yang ngalahin o:]