No Progress
Jumat, Maret 01, 2013
Entah sudah berapa aku menghabiskan sebagian waktuku dari jadwal les yang cukup menyiksa untuk mengikuti olahraga yang sudah aku dambakan sejemenjak SD dulu. Akhirnya baru terealisasikan sekarang, setelah kelas 2 SMA. Memang terlalu lama untuk diwujudkan, tapi setidaknya dambaan itu sudah diwujudkan. Tapi, sekarang setelah beberapa bulan menjadi anggota salah satu klub taekwondo dan Alhamdulillah sudah bisa naik sabuk dengan cukup baik, aku terhambat oleh diri sendiri yang tidak menunjukkan sebuah perubahan sigmifikan. Mengecewakan sungguh. Klub kami yang sekarang sudah banyak anggota baru yaitu anak-anak SD sepantaran dengan adikku di Tangerang mungkin sudah lebih pandai dariku, belum ada sebulan mereka sudah bisa melakukan tendangan yang harus ku pelajari selama berbulan-bulan. I`m not smarter than a elementary school students. So sad.
Ditambah lagi dengan begitu lemahnya fisik dan mental yang aku punya ini. Sangat menyulitkan. Fisik yang terlampau tidak pernah dilatih sehingga terlalu lemah menjadikanku yang paling lamban dalam segalanya. Mental yang tidak cukup berani untuk bertanding sungguhan membuatku menjadi yang paling penakut di antara semuanya dan selalu ragu-ragu dalam melakukan apapun. Belum lagi begitu lambannya otak ini mencerna segalanya yang diajarkan. Sesungguhnya aku sudah mengerti dengan sempurna dengan apa yang dijelaskan, tapi tubuh ini tidak bergerak sesuai dengan keinginan. Atau kadang tiba-tiba aku bingung untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya mudah untuk dilakukan, bahkan mereka yang masih SD pun bisa melakukannya aku pikir.
Beberapa menit yang lalu aku berpikir semua ini disebabkan oleh tidak seimbangnya penggunaan otak yang besemayam di dalam tempurung kepalaku ini. Otak kananku tidak bisa bekerja dan mengkoordinasikan tubuhku dengan baik dalam kegiatan ini, karena itu aku mulai membenci diriku sendiri yang sangat lambat ini. Aku mulai merasa di bawah tekanan karena ini. Nampak, wajah pelatihku yang sepertinya sudah menyerah dan mulai jengkel dengan kelambananku. Melihat diriku seperti ini memang sangat menyedihkan. Aku yang sudah berusaha semaksimal mungkin yang aku bisa dengan memanfaatkan segala waktu yang ku punya untuk melatih diri ternyata tidak membuahkan hasil. Aku masih berdiri di tempat yang tepat sama seperti kemarin. Aku membenci tubuhku ini, aku membenci diriku sendiri. Aku terlalu banyak mengasihani diriku sendiri. Aku kecewa akan diriku sendiri.
Tak ada yang dapat aku lakukan selain menjadi lebih giat. Tapi apa daya, aku sudah datang lebih dulu untuk latihan dengan semangat namun semangatku itu menurun seiring dengan waktu yang terbuang sia-sia menunggu yang lain datang. Aku sedih melihat ini, aku kesal. Aku ingin mengeluarkan semuanya dalam air mata, tapi aku tak bisa. Aku tak bisa menangis semudah dulu. Tapi sekarang, aku ingin menangis, aku butuh menangis dan aku harus menangis. Air mata yang keluar dalam tangisan kekesalan itu selalu bisa mengobati segala kekecewaan yang menumpuk di dada.
0 komentar